Advertisement
Foto : Titi Gantung Lau Luhung, Riwayatmu Kini
INDOKOM NEWS | Di tengah hamparan alam yang indah di Sumatera Utara, terdapat sebuah jembatan bersejarah yang kini seakan terlupakan. Titi Gantung Lau Luhung, yang dulu menjadi nadi kehidupan masyarakat setempat, kini menghadapi ketidakpastian. Bagaimana riwayatnya kini?
Dulu, Jembatan Harapan
Titi Gantung Lau Luhung dibangun pada tahun 1979, menghubungkan Desa Durian Tinggung dan Desa Tanjung Raja di Kecamatan STM Hulu, Kabupaten Deli Serdang. Dengan panjang 160 meter dan ketinggian mencapai 150 meter di atas Sungai Buaya, jembatan ini menjadi salah satu yang tertinggi di Sumatera Utara.
Pada masa kejayaannya, jembatan ini menjadi jalur utama bagi masyarakat untuk berdagang, mengangkut hasil pertanian, serta menjalankan aktivitas sehari-hari. Keberadaannya memberikan dampak besar bagi perekonomian warga, mempercepat mobilitas dan akses antarwilayah.
Kini, Jembatan Ketidakpastian
Seiring berjalannya waktu, kondisi Titi Gantung Lau Luhung semakin memprihatinkan. Lantai kayunya banyak yang lapuk dan berlubang, besi-besinya mulai berkarat, dan strukturnya terlihat semakin rapuh. Keamanan bagi pengguna jembatan pun semakin dipertanyakan.
Meskipun kondisinya menurun, jembatan ini tetap menarik perhatian wisatawan yang ingin menikmati keindahan alam dan uji adrenalin. Beberapa pengunjung bahkan menjadikannya tempat untuk rope swing, sebuah aktivitas ekstrem yang menguji nyali dengan berayun dari ketinggian.
Sayangnya, hingga kini, belum ada langkah nyata untuk renovasi atau perbaikan dari pihak berwenang. Keberlangsungan jembatan ini semakin tidak menentu, apakah akan direhabilitasi dan kembali berjaya, atau justru dibiarkan hingga akhirnya benar-benar tak bisa digunakan lagi.
Harapan dan Masa Depan
Masyarakat setempat masih berharap adanya perhatian serius dari pemerintah atau pihak terkait agar jembatan ini bisa dipugar dan difungsikan kembali. Selain sebagai jalur transportasi, Titi Gantung Lau Luhung juga memiliki potensi besar sebagai destinasi wisata jika dikelola dengan baik dan dilengkapi fasilitas yang memadai.
Bagi wisatawan yang ingin berkunjung, disarankan untuk berhati-hati, mempertimbangkan kondisi jembatan sebelum melintas. Sebagai alternatif, mereka juga bisa menikmati keindahan Danau Linting, destinasi wisata lain yang berada tak jauh dari jembatan.
Kesimpulan
"Titi Gantung Lau Luhung, Riwayatmu Kini" adalah kisah tentang sebuah jembatan yang pernah berjaya namun kini menghadapi ketidakpastian. Keberadaannya tetap memberi manfaat bagi masyarakat dan wisatawan, tetapi tanpa perawatan dan perhatian, nasibnya bisa berujung pada kehancuran. Semoga keindahan dan sejarah yang terkandung dalam jembatan ini tidak lenyap begitu saja, melainkan terus menjadi bagian dari kebanggaan Sumatera Utara.**
Editor : Vona Tarigan